Probiotic Aquaculture

Siklus Hidup Udang Vaname dari Telur ke Panen

Siklus Hidup Udang Vaname dari Telur ke Panen

Udang vaname (Litopenaeus vannamei, alias whiteleg shrimp) adalah komoditas budidaya laut paling penting di banyak negara tropis. Mengetahui siklus hidup udang vaname — dari telur hingga induk dewasa — penting bagi pembenihan, nursery (perawatan benih), dan manajemen tambak agar mendapatkan hasil optimal dan menekan kematian. Artikel ini menjelaskan tiap tahap biologis, durasi khas, parameter lingkungan yang kritis, serta implikasi praktis untuk hatchery dan petambak. Fakta-fakta kunci disertai sumber ilmiah dan data produksi global untuk konteks industri.

Baca juga : Cara Budidaya Udang Vaname Tanpa Aerator

1) Gambaran umum siklus hidup

Udang vaname melewati serangkaian tahapan yang jelas:

  1. Telur (egg) — setelah pemijahan oleh induk; menetas cepat (~16 jam di kondisi optimal).

  2. Nauplius — larva awal yang bergantung pada kuning telur (non-feeding); berenang dan phototactic.

  3. Protozoea / Zoea — mulai aktif makan plankton (fitoplankton/mikrozooplankton); tubuh mulai berkembang.

  4. Mysis — bentuk larva yang lebih mirip udang, bergerak vertikal-benthik, mulai berperilaku lebih dewasa.

  5. Post-larva (PL) — transisi ke gaya hidup bentik/estuari; ukuran dan organ sudah menyerupai juvenil.

  6. Juvenile — fase pertumbuhan di tambak/estuari; perkembangan pesat menuju ukuran panen.

  7. Dewasa (adult) — kematangan seksual, migrasi (di alam) dan pemijahan.

Durasi total dari penetasan sampai PL atau siap ditebar bervariasi bergantung suhu, kualitas air, pakan, dan manajemen hatchery; fase larva biasanya selesai dalam 11–17 hari pada temperatur optimal.

2) Reproduksi & tahap telur — mekanisme, fecundity, dan penetasan

Udang vaname bereproduksi secara seksual; induk betina yang matang dapat memproduksi puluhan ribu hingga ratusan ribu telur per pemijahan. Menurut FAO, betina ukuran 30–45 g dapat memproduksi sekitar 100.000–250.000 telur per kali pemijahan. Hatching (penetasan) terjadi relatif cepat — sekitar ~16 jam setelah fertilisasi pada kondisi suhu dan salinitas yang optimal.

Baca juga :  Raup Cuan dari Tambak Udang! Ini 5 Langkah Persiapan Tambak Udang Vaname

Beberapa poin penting:

  • Kematangan gonad dipengaruhi kondisi nutrisi, fotoperiode, dan suhu air. Hatchery sering memanipulasi diet dan fotoperiode untuk mempercepat pematangan induk.

  • Fertilitas & kelangsungan hidup awal rentan terhadap kualitas air (ammonia, nitrit), tingkat stres selama pemindahan, dan infeksi mikroba. Oleh karena itu, broodstock sehat dan protokol sanitasi kritikal.

Implikasi praktis: Untuk memaksimalkan jumlah PL berkualitas, fasilitas pembenihan harus mengendalikan parameter air (oksigen terlarut, pH, ammonia), memberi ransum berkualitas tinggi pada induk, dan meminimalkan stres sebelum pemijahan.

3) Larva: nauplius → zoea/protozoea → mysis — durasi, morfologi, kebutuhan pakan

Tahap larva relatif singkat tetapi sangat sensitif:

  • Nauplius (N1–N6): berlangsung ~1–2 hari; pada tahap awal nauplius bergantung pada cadangan kuning telur (non-feeding) dan bergerak secara planktonik.

  • Protozoea / Zoea (Z1–Z3): umumnya 3–4 hari (tergantung suhu); pada tahap ini organ gerak dan mata berkembang, dan larva mulai memakan plankton mikro (mikroalga, rotifer). Beberapa sumber memecah protozoea/zoea menjadi substadia tiap ~24–28 jam.

  • Mysis (M1–M3): ~3 hari; tubuh menyerupai bentuk udang dewasa lebih dekat, perilaku berenang berubah, mulai transisi ke pola makan yang berbeda (partikel lebih besar dan pakan buatan halus).
    Total durasi larval (naupli → mysis → menuju PL) biasanya 11–17 hari tergantung suhu (semakin hangat → lebih cepat), kualitas pakan, dan manajemen larva. Pada suhu lebih tinggi waktu molting lebih cepat namun risiko stress juga meningkat.

Praktik hatchery:

  • Berikan starter feed khusus larva (microencapsulated feeds, rotifers/Artemia di tahap tertentu) dan pertahankan kualitas air (sedikit perubahan dan filtrasi bio).

  • Kontrol kepadatan larva untuk mengurangi kompetisi dan agresi; monitoring mortalitas tiap stadia untuk intervensi cepat.

Baca juga :  Cara Mencegah Penyakit Kotoran Putih pada Udang Vaname

4) Post-larva (PL) → Juvenile

Setelah melewati tahap mysis, larva menjadi post-larva (PL) — ukuran, bentuk, dan perilaku mulai menyerupai udang dewasa. PL umumnya dipelihara di nursery sampai ukuran PL10–PL20 (angka tergantung praktik) sebelum ditebar ke tambak. Durasi PL ke juvenile terhitung dalam minggu—PL dapat dicapai dalam sekitar 9–10 hari setelah mysis pada kondisi optimal, namun angka ini bervariasi.

Hal penting:

  • Toleransi salinitas: Vaname lebih tahan terhadap variasi salinitas dibanding beberapa spesies lain — alasan vaname sukses dibudidayakan di berbagai lingkungan, termasuk brackish dan air payau (adaptabilitas ini mempengaruhi praktik nursery dan pindah tambak).

  • Perpindahan habitat (di alam): secara alami post-larva sering bermigrasi ke perairan pesisir, estuari, dan mangrove untuk tumbuh menjadi juvenil. Dalam budidaya, proses ini disimulasikan melalui nursery yang terkontrol untuk meminimalkan mortalitas saat adaptasi.

Rekomendasi manajemen:

  • Beri conditioning gradual (penyesuaian salinitas) sebelum pemindahan PL ke tambak.

  • Pastikan sumber pakan berkualitas untuk mempercepat ukuran sehingga resistensi terhadap penyakit meningkat.

5) Juvenile → Dewasa

Setelah menjadi juvenile, vaname tumbuh pesat hingga mencapai ukuran panen. Beberapa angka praktis dan biologis penting:

  • Waktu hingga panen komersial: tergantung target ukuran (mis. 15–20 g atau 20–30 g), manajemen pakan, dan kepadatan; umumnya antara 3–6 bulan dari tebar benih sampai panen komersial, bergantung intensitas budidaya.

  • Kematangan seksual: FAO menyebutkan kematangan terjadi sekitar 6–7 bulan; laki-laki bisa matang lebih kecil (~20 g) dan betina sekitar ~28 g untuk kematangan reproduksi.

  • Pertumbuhan harian: laju pertumbuhan dipengaruhi pakan dan manajemen; studi melaporkan laju yang bervariasi (mm atau g per hari) pada fase awal dan melambat seiring ukuran meningkat.

Implikasi budidaya:

  • Penetapan tujuan ukuran panen dan kepadatan tebar harus disesuaikan dengan kemampuan pakan dan sistem (intensif vs ekstensif).

  • Kontrol penyakit (Vibrio, WSSV, EMS/AHPND) menjadi semakin penting pada fase juvenile-subadult; biosekuriti dan manajemen kualitas air krusial.

Baca juga :  Cara Budidaya Udang Vaname di Air Payau

6) Dampak industri & konteks produksi global

Vaname telah menjadi spesies budidaya udang dominan di dunia karena adaptabilitasnya, pertumbuhan cepat, dan kemampuan dikembangbiakkan di hatchery. Statistik industri (ringkasan penting):

  • Diperkirakan jutaan ton produksi udang vaname dibudidayakan setiap tahun; satu ringkasan menyebut sekitar 6.3 juta ton whiteleg shrimp dibudidayakan per tahun (estimasi FAO/analisis 2023). Vaname menyumbang persentase besar produksi udang global.

  • Di Indonesia, udang (termasuk vaname) merupakan salah satu komoditas unggulan dengan target produksi nasional yang meningkat—data nasional bervariasi per tahun.

Konsekuensi:

  • Skala produksi besar juga meningkatkan risiko penyakit dan dampak lingkungan jika manajemen tidak baik (limbah padatan, eutrofikasi, penggunaan lahan mangrove). Oleh karena itu praktik budidaya berkelanjutan (biosekuriti, sistem resirkulasi, integrasi) semakin penting.

Rekomendasi

  1. Broodstock & pemijahan: nutrisi tinggi, sanitasi, monitor fotoperiode; persiapkan fasilitas terpisah untuk induk.

  2. Larva (naupli → mysis): sediakan starter feed berkualitas (alga kultur, rotifer/Artemia bila perlu), kontrol kepadatan, pertahankan parameter (DO >3–5 mg/L, ammonia nol/ rendah).

  3. Nursery (PL): penyesuaian salinitas bertahap, pakan protein-lipid seimbang, kurangi stress saat handling.

  4. Tambak (juvenile → panen): manajemen kepadatan, pemberian pakan terukur, monitoring penyakit, dan manajemen limbah.

  5. Pencegahan penyakit: biosekuriti ketat, screening PL sebelum tebar, rotasi tambak, dan pencatatan mortalitas harian.

Siklus hidup udang vaname adalah rangkaian tahapan cepat pada fase larva (naupli → zoea/protozoea → mysis) yang biasanya selesai dalam sekitar 11–17 hari, diikuti oleh fase PL dan juvenile yang berkembang menjadi dewasa dalam beberapa bulan. Keberhasilan produksi bergantung pada kontrol kualitas air, nutrisi larva/induk, dan praktik manajemen tambak. Karena perannya yang besar dalam produksi udang global, pemahaman detail biologis tiap tahap adalah kunci untuk meningkatkan survival, performa pertumbuhan, dan keberlanjutan budidaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *