Budidaya Litopenaeus vannamei (udang vaname) menggunakan tambak berlapis plastik (geomembrane/terpal HDPE) semakin populer karena memberi kontrol lingkungan lebih baik, mengurangi kebocoran dan pencemaran tanah, serta mempermudah manajemen sedimen. Tambak dengan pelapis plastik cocok untuk lahan berpasir atau berawa, dan menjadi pilihan untuk sistem semi-intensif hingga intensif (kolam bundar terpal atau petakan HDPE). Penggunaan geomembrane yang tepat (ketebalan dan pemasangan yang benar) menurunkan risiko kebocoran dan memperpanjang umur konstruksi tambak.
Pada artikel ini saya akan memberikan panduan praktis: dari pemilihan lokasi, konstruksi dan pemasangan geomembrane, persiapan air dan parameter kualitas, teknik penebaran dan kepadatan, sampai pemberian pakan, pengendalian penyakit, dan strategi panen — semuanya disusun agar mudah dipraktikkan di lapangan dan dioptimalkan untuk kata kunci cara budidaya udang vaname di tambak plastik.
Baca juga : Cara Mengatasi Lumut di Tambak Udang
1) Pemilihan lokasi & rancangan tambak plastik
Pemilihan lokasi adalah langkah pertama yang menentukan keberhasilan budidaya udang vaname di tambak plastik. Pilih lokasi dengan akses air (laut/payau atau sumber air tanah yang aman), aliran keluar masuk air yang mudah dikontrol, dan jauh dari sumber pencemar (limbah industri, sungai yang tercemar). Tanah yang berpasir atau berlumpur umumnya cocok karena mudah dibentuk; jika ada batu/kerikil, harus dibersihkan sebelum pemasangan geomembrane agar tidak merusak lapisan plastik.
Desain tambak plastik bisa berupa petak persegi panjang (untuk instalasi aerator/kincir) atau kolam bundar terpal yang memudahkan sirkulasi. Untuk usaha skala kecil-menengah, kolam bundar terpal (diameter 10–20 m) populer karena modal relatif terjangkau dan kemudahan pengendalian biosecurity. Untuk skala lebih besar, petakan HDPE berukuran 500–3.000 m² yang dilengkapi sistem inlet/outlet, saluran drainase, dan IPAL (unit pengolahan air) direkomendasikan. Pastikan ketinggian tanggul dan keamanan struktur agar plastik tidak mudah tertarik/robek saat pengisian atau aktivitas aerasi.
Perencanaan teknis: tentukan kapasitas (m²), sumber listrik untuk aerator/pompa, fasilitas karantina benih, gudang pakan, dan area penanganan limbah. Secara ekonomi, perhitungan modal awal harus memasukkan biaya geomembrane (bervariasi berdasarkan ketebalan 200–750 micron), kincir/aerator, pompa, dan biaya instalasi serta proteksi UV. Pengamanan biosecurity juga harus dipikirkan sejak awal — satu titik masuk keluar manusia atau peralatan bisa menimbulkan risiko masuknya patogen.
2) Persiapan geomembrane & teknis pemasangan
Pemilihan bahan: geomembrane HDPE adalah pilihan umum karena tahan lama, kedap air, tahan sinar UV (jika mengandung carbon black), dan relatif mudah dipasang. Ketebalan yang sering direkomendasikan untuk tambak udang berkisar 300–750 micron; di lahan berbatu gunakan ketebalan lebih besar dan bersihkan permukaan dasar sebelum pemasangan. Perhatikan sertifikasi bahan dan reputasi pemasok.
Tahap pemasangan:
-
Persiapan dasar — ratakan dasar, buang batu/sisa tanaman, dan buat lapisan pasir halus (jika perlu) sebagai bantalan.
-
Pemisahan geomembrane — gulung geomembrane di permukaan yang kering; hindari menyeret langsung di atas batu.
-
Pengeleman & sambungan — sambungan geomembrane harus dilakukan profesional (welding atau sealer) untuk mencegah kebocoran. Tepi lembaran diikat pada pematang yang stabil.
-
Proteksi & finishing — gunakan geomat atau lapisan pasir tipis di bawah area yang rawan gesekan; pasang pelindung UV atau mulsa jika diperlukan.
Perawatan geomembrane: setelah instalasi dan selama operasional, jangan biarkan permukaan plastik kering berkepanjangan (elastisitas berkurang), hindari penggunaan bahan kimia keras langsung pada permukaan, serta bersihkan sedimen secara berkala untuk memperpanjang umur lapisan. Setelah panen, lakukan perawatan pembersihan untuk mengurangi akumulasi organik dan mencegah bau/kerusakan.
3) Persiapan air & parameter kualitas yang harus dipantau
Kualitas air adalah kunci utama. Untuk budidaya vaname, parameter target umumnya: suhu 28–32°C, salinitas 15–30 ppt (toleransi luas namun ideal 20–30 ppt untuk pertumbuhan optimal), pH 7.8–8.7, DO (oksigen terlarut) >4 mg/L, kecerahan (secchi) tergantung sistem tetapi pantau untuk mencegah fluktuasi drastis. Pengukuran nitrit/amonia harus rutin — nitrit tinggi (>0.5 mg/L) dan amonia unionik berbahaya untuk udang.
Di tambak plastik, gunakan air laut/payau yang sudah difilter atau air tanah yang aman (contoh: sumur bor dengan pengujian) dan lakukan adaptasi salinitas (aklimatisasi) secara bertahap saat memasukkan benih. Sistem resirkulasi terbatas bisa diterapkan; banyak petani menggabungkan aerasi kuat, pembersihan sedimen, dan penggantian air parsial untuk menjaga parameter. Untuk intensifikasi tinggi, monitoring amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan bahan organik terlarut harus dilakukan secara mingguan atau lebih sering. Studi dan panduan teknis menyarankan manajemen kualitas air yang ketat untuk menjaga survival dan FCR yang baik.
Alat monitoring: DO meter, refraktometer (salinitas), pH meter, termometer, dan kit tes amonia/nitrit. Catat data harian (pagi & sore) untuk melihat tren. Jika menggunakan sistem bioflok atau probiotik, adaptasi pemberian pakan dan pengelolaan aerasi harus disesuaikan dengan kondisi flok dan kecerahan air. Penggantian air sebaiknya direncanakan — drainase sebagian atau pengisian pasokan air baru — untuk mencegah akumulasi toksin.
4) Penebaran benur, kepadatan tebar & aklimatisasi
Pemilihan benur: beli benur (PL) dari hatchery terpercaya yang sehat, bebas penyakit (WSSV, AHPND, TSV, dll.). Pilih benur ukuran sesuai rekomendasi hatchery, umumnya PL10–PL20 untuk penebaran di tambak pembesaran. Lakukan pemeriksaan fisik (aktif, tidak cacat) dan jika tersedia, minta sertifikat kesehatan.
Kepadatan tebar: kepadatan tergantung sistem (semi-intensif, intensif, supra-intensif). Rekomendasi umum:
-
Semi-intensif: <100 ekor/m²
-
Intensif: 100–200 ekor/m²
-
Supra-intensif: >200 ekor/m² (memerlukan kontrol kualitas air dan aerasi kuat).
Beberapa studi menemukan padat tebar intensif hingga 300 ekor/m² dapat dicapai dengan teknologi pendukung, tapi FCR, pertumbuhan per individu, dan risiko penyakit perlu diperhitungkan. Pilih kepadatan yang sesuai modal dan kemampuan manajemen Anda.
Aklimatisasi: masukkan kantong benur ke permukaan air tambak selama 15–30 menit, buka bagian bawah sedikit demi sedikit (drip acclimation) untuk menyamakan suhu dan salinitas. Lakukan aklimatisasi bertahap (15–60 menit) terutama jika ada perbedaan salinitas atau suhu antara hatchery dan tambak. Pastikan distribusi benur merata saat penebaran untuk menghindari konsentrasi yang menyebabkan stres lokal.
Catatan manajerial: kepadatan lebih tinggi meningkatkan kebutuhan pakan, aerasi, dan pengawasan penyakit. Evaluasi kemampuan aerasi (jumlah kincir/aerator) sehingga DO tetap >4 mg/L pada malam hari. Jika menggunakan tambak plastik bundar, distribusi aerasi dan jalur oksigenasi harus dirancang agar tidak ada dead zone.
5) Pemberian pakan, FCR, dan strategi nutrisi
Pakan komersial berkualitas tinggi (protein, lipid, vitamin & mineral seimbang) adalah faktor utama pertumbuhan dan FCR (feed conversion ratio). Pilih pakan sesuai ukuran udang dan fase (starter, grower, finisher). Atur frekuensi pemberian 3–6 kali/hari tergantung ukuran dan kondisi air — udang aktif makan pada siang/malam tergantung sistem manajemen. Pengukuran sisa pakan dan sampling berat rata-rata mingguan membantu menyesuaikan jumlah pakan untuk menghindari overfeeding (penyebab akumulasi organik).
FCR realistis pada budidaya intensif bervariasi; beberapa studi melaporkan FCR 0.77–0.9 pada kondisi optimal, namun nilai ini dipengaruhi kualitas pakan, kepadatan tebar, dan manajemen kualitas air. Pencatatan pemberian dan perbandingan dengan bobot rata-rata hasil sampling penting untuk evaluasi performa.
Penggunaan probiotik dan pendekatan bioflok sering diaplikasikan di tambak plastik untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi sekunder (floc sebagai pakan tambahan) dan menurunkan beban organik. Jika menerapkan bioflok, waktu pembentukan flok (starter) dan fase adaptasi penting—pemberian pakan bisa dikurangi sebagian karena udang memanfaatkan bahan organik/floc. Namun bioflok memerlukan aerasi kuat dan pemantauan kecerahan serta parameter nitrogen. Selain itu, manajemen pakan alternatif seperti pemberian pakan larut cepat atau pakan terapung harus disesuaikan agar minim sisa pakan.
Praktik terbaik: catat FCR, survival, dan bobot harian/mingguan; jika FCR memburuk, periksa penyebab (overfeeding, kualitas pakan buruk, penyakit, atau kualitas air menurun) dan lakukan tindakan korektif.
6) Pengendalian penyakit, biosecurity & panen
Pencegahan lebih mudah dan murah daripada pengobatan. Terapkan protokol biosecurity: karantina benih baru, desinfeksi peralatan, pembatasan akses manusia/hewan, pakaian khusus untuk petugas tambak, dan pengelolaan limbah yang benar. Wabah WSSV dan AHPND masih menjadi ancaman utama — pemantauan gejala dan sampling cepat ke laboratorium membantu mengambil tindakan lebih awal.
Deteksi dini: pantau mortalitas harian, pola makan, dan perubahan perilaku; lakukan pemeriksaan patologi jika kematian meningkat. Saat terdeteksi peningkatan nitrit/amonia atau penurunan DO, segera lakukan pergantian air parsial, penambahan aerasi, dan pengurangan pakan. Penggunaan obat/antiseptik harus sesuai aturan (hindari penggunaan obat ilegal) dan berdasarkan rekomendasi ahli/veteriner perikanan.
Strategi panen: panen sebagian (size grading) atau panen penuh tergantung pasar dan bobot target. Udang vaname biasanya dipanen 70–120 hari tergantung kepadatan dan target ukuran. Pastikan protokol pemanenan minim stres: kurangi aerasi perlahan, gunakan cara penangkapan yang lembut, dan proses penyimpanan/pendinginan cepat untuk menjaga mutu. Banyak usaha melaporkan panen 3–4 kali/tahun pada sistem intensif dengan manajemen baik — namun ini bergantung lokasi dan musim.
Catatan akhir: simpan data produksi (FCR, survival, bobot rata-rata, produktivitas per m²) untuk evaluasi dan perbaikan siklus berikutnya. Beberapa studi menunjukkan survival 80–97% dan FCR <1.0 untuk praktik intensif yang baik — tetapi angka ini tergantung pada biosecurity dan manajemen.
Kesimpulan
Budidaya udang vaname di tambak plastik (geomembrane/terpal) adalah pilihan praktis untuk meningkatkan kontrol lingkungan dan produktivitas. Kunci keberhasilan: pilih geomembrane berkualitas dan pasang dengan benar; kontrol kualitas air (suhu, salinitas, DO, pH, amonia/nitrit); pilih kepadatan tebar sesuai kapasitas manajemen; kelola pakan untuk FCR optimal; serta terapkan biosecurity ketat. Dengan manajemen yang tepat, tambak plastik dapat menghasilkan produktivitas tinggi dan mengurangi risiko kebocoran/limbah tanah. Untuk angka performa dan parameter teknis, acuan ilmiah dan panduan teknis nasional (WWF BMP, publikasi universitas, jurnal) dapat dijadikan rujukan operasional.