Probiotic Aquaculture

Cara Mencegah Penyakit Kotoran Putih pada Udang Vaname

Cara Mencegah Penyakit Kotoran Putih pada Udang Vaname

Penyakit kotoran putih pada udang vaname (White Feces Disease/WFD) menjadi momok menakutkan bagi petambak karena mampu menurunkan produktivitas hingga 40% dalam satu siklus panen (FAO, 2021). Gejalanya berupa kotoran berwarna putih yang mengapung di permukaan air atau menggantung di ekor udang. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor bakteri Vibrio, protozoa, stres lingkungan, dan manajemen pakan yang buruk.

Jika tidak dicegah, penyakit ini dapat menyebar dengan cepat, mengganggu pertumbuhan udang, dan meningkatkan angka kematian. Artikel ini akan membahas secara mendalam cara mencegah penyakit kotoran putih pada udang vaname, mulai dari manajemen air hingga penggunaan probiotik yang tepat.

Baca juga : Cara Panen Udang Vaname yang Benar agar Untung Maksimal!

Memahami Penyebab Penyakit Kotoran Putih

Penyakit kotoran putih tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan dipicu oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Beberapa penyebab utama meliputi kualitas air yang buruk, tingginya kadar amonia dan nitrit, infeksi Vibrio parahaemolyticus, hingga keberadaan parasit mikro seperti gregarines. Data dari Asian Fisheries Society (2020) menunjukkan bahwa 70% kasus WFD terjadi pada tambak dengan parameter air tidak stabil, terutama salinitas dan pH. Faktor stres akibat kepadatan tebar berlebihan dan pemberian pakan berlemak tinggi juga memperbesar risiko. Dengan memahami penyebab ini, petambak dapat merancang strategi pencegahan yang lebih efektif.

Menjaga Kualitas Air Secara Konsisten

Kualitas air adalah kunci utama pencegahan WFD. Parameter ideal meliputi suhu 28–32°C, salinitas 15–25 ppt, pH 7,8–8,3, oksigen terlarut >5 mg/L, amonia <0,1 mg/L, dan nitrit <0,25 mg/L. Pemantauan rutin minimal dua kali sehari membantu mendeteksi perubahan sejak dini. Menurut studi Shrimp Aquaculture Journal (2019), tambak yang melakukan pergantian air berkala sebesar 10–15% per minggu memiliki risiko WFD 50% lebih rendah dibanding tambak tanpa pergantian air. Penggunaan sistem aerasi yang memadai dan manajemen plankton juga penting untuk menjaga stabilitas ekosistem air.

Baca juga :  Cara Budidaya Udang Vaname di Air Payau

Manajemen Pakan yang Tepat

Pakan berlebih adalah sumber utama penumpukan bahan organik yang memicu pertumbuhan bakteri patogen. Petambak harus memastikan pemberian pakan sesuai kebutuhan harian dan fase pertumbuhan udang. Disarankan untuk menggunakan pakan dengan kandungan protein 32–36% dan lemak tidak lebih dari 6%. Pakan yang tenggelam sempurna dan tidak cepat hancur di air dapat mengurangi pencemaran. Menurut riset Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, efisiensi pakan yang baik dapat menekan risiko penyakit hingga 35%.

Penggunaan Probiotik dan Biosecurity

Probiotik yang mengandung strain bakteri seperti Bacillus subtilis dan Lactobacillus spp. terbukti efektif menekan populasi Vibrio di tambak. Pemberian probiotik bisa dilakukan melalui air maupun dicampur langsung pada pakan. Selain itu, penerapan biosecurity ketat seperti penyaringan air masuk, desinfeksi peralatan, dan larangan akses orang luar ke tambak dapat mengurangi peluang masuknya patogen. FAO (2022) mencatat bahwa tambak dengan protokol biosecurity memiliki tingkat keberhasilan panen hingga 90%.

Monitoring Kesehatan Udang dan Tindakan Cepat

Pemeriksaan visual udang setiap hari, terutama pada area usus dan kotorannya, membantu mendeteksi gejala awal. Jika ditemukan tanda-tanda WFD, segera lakukan pengurangan pakan, peningkatan aerasi, dan pemberian probiotik dosis tinggi. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium juga penting agar penanganan bisa tepat sasaran. Langkah cepat ini mampu menekan tingkat mortalitas hingga di bawah 5% (Shrimp Health Management Report, 2021).

Penyakit kotoran putih pada udang vaname dapat dicegah melalui kombinasi manajemen kualitas air, pemberian pakan yang tepat, penggunaan probiotik, dan penerapan biosecurity ketat. Dengan pemantauan yang konsisten dan respon cepat terhadap gejala awal, petambak tidak hanya menghindari kerugian besar, tetapi juga meningkatkan peluang panen yang optimal. Ingat, pencegahan selalu lebih murah dan efektif daripada pengobatan.

Baca juga :  Ini SOP Budidaya Udang Vaname yang Sering Dirahasikan Petambak Sukses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *