Memilih benur udang vaname berkualitas merupakan fondasi utama dalam budidaya udang vaname. Benur atau post-larva yang unggul memiliki pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, dan konsumsi pakan (FCR) yang efisien. Sebaliknya, benur berkualitas rendah sering menyebabkan kegagalan budidaya dan kerugian finansial.
Menurut studi di Universitas Muhammadiyah Malang, benur tipe B menunjukkan Average Body Weight (ABW) sebesar 9,7 gram, FCR 0,92, dan Specific Growth Rate (SGR) 3,986%, sementara benur tipe C mencapai Survival Rate tertinggi 81,27 %. Di sisi lain, salah satu hatchery besar—PT Suri Tani Pemuka (PT STP) di Serang, Banten—mencatat produksi benur vaname sebesar 39.062.459 ekor per tahun (2009).
Dengan target produksi udang vaname Indonesia yang diproyeksikan mencapai 1,829 juta ton pada 2023 dan 2 juta ton pada 2024, kebutuhan benur berkualitas semakin meningkat. Artikel ini dirancang untuk membantu pembudidaya memahami faktor-faktor utama dalam memilih benur udang vaname unggul, mulai dari karakteristik fisik hingga penanganan awal di tambak.
1. Pentingnya Memilih Benur Udang Vaname Berkualitas
Memilih benur udang vaname berkualitas memiliki dampak langsung pada kesuksesan budidaya. Benur unggul tidak hanya menjamin survival rate tinggi, tetapi juga mengoptimalkan konversi pakan (FCR) dan laju pertumbuhan.
Sebagai contoh, benur dengan ABW 9,7 gram dan FCR 0,92 jauh lebih efisien dibandingkan benur berkualitas rendah. Tingkat survival (SR) benur tipe C mencapai 81,27 %, mengindikasikan bahwa benur sehat mampu bertahan hidup hingga masa panen dengan lebih baik. Secara ekonomi, peningkatan SR 10 % saja dapat menambah hasil panen hingga puluhan juta rupiah per hektar tambak. Data KKP yang dihimpun dari kompas, menunjukkan bahwa produksi udang vaname di Indonesia naik 15 % pada tahun 2022 menjadi 1.099.976 ton; target 2023 adalah 1,829 juta ton. Jika benur berkualitas tidak tersedia, target-target tersebut sukar dicapai. Oleh karena itu, memilih benur udang vaname unggul—dengan kriteria fisik dan kesehatan yang memenuhi standar—merupakan investasi awal paling krusial bagi setiap petambak.
2. Karakteristik Fisik dan Parameter Teknis Benur Unggul
Kenali karakteristik fisik benur udang vaname unggul agar tidak keliru saat pembelian. Standar minimal untuk benur PL 10 (Post-Larva 10) di hatchery berkualitas adalah:
-
Bobot Rata-Rata (ABW): Sekitar 0,8–1,2 gram per ekor pada PL 10.
-
Ukuran Panjang: Panjang tubuh (head-to-tail) berkisar 10–12 mm.
-
Warna Tubuh: Transparan cerah, tanpa noda gelap kecuali pigmen alami. Bentuk badan padat, luwes, dan tidak cacat.
-
Kelincahan (Motilitas): Benur yang sehat akan bergerak cepat saat air diaduk perlahan.
-
Survival Rate (SR) dalam Wadah Karantina: Sebaiknya di atas 80 % dalam 24 jam pertama, mengacu pada data benur tipe C yang mencapai SR 81,27 %.
-
Parameter Air Hatchery: pH 7,6–8,0; suhu 26–28 °C; salinitas 25–30 ppt; oksigen terlarut minimal 5 mg/L. Benur unggul dihasilkan pada kondisi lingkungan demikian, sesuai standar SNI Produksi Benih Udang Penaeid.
Dengan memastikan benur udang vaname memenuhi parameter di atas, petambak dapat meminimalkan risiko kematian dini dan gangguan penyakit pada fase awal. Kerap kali, benur yang terlihat seragam saat pembelian justru menunjukkan variasi ABW hingga ± 20 %. Pilihlah hatchery yang memiliki sertifikasi SPF (Specific Pathogen Free) dan rekam jejak kematian benur rendah (< 5 %) dalam pengiriman.
3. Proses Seleksi dan Sertifikasi Benur Udang Vaname
Proses seleksi dan sertifikasi benur udang vaname memainkan peran penting dalam menjamin kualitas genetik dan kesehatan benur. Berikut tahapan yang umum dilakukan hatchery terkemuka:
-
Pemilahan Fisik Awal (Grading): Benur PL 5–PL 7 dipilah berdasarkan ukuran menggunakan saringan mesh, untuk memisahkan benur dengan panjang minimal 8–9 mm.
-
Uji Kesehatan dan Mikrobiologi: Sampel benur diuji bebas patogen utama (WSSV, IHHNV) dan jamur. Benur bersertifikat SPF dijamin tak membawa patogen spesifik.
-
Sertifikasi Genetik GGPS (Great Grand Parent Stock): Indukan pilihan (Grand Parent Stock) diimpor dari negara maju (misalnya Hawaii, AS). Benur hasil pemijahan sistem GGPS menjamin kecocokan genetik yang unggul.
-
Penerbitan Dokumen PDPL (Pemantauan Dokumen Produksi): Setiap batch benur dilengkapi dokumen PDPL yang memuat tanggal penetasan, parameter air hatchery, dan hasil uji mikrobiologi.
-
Quality Assurance (QA) Internal: Hatchery level atas melakukan audit rutin ke hatchery tier-2/tier-3 untuk memastikan prinsip biosekuriti, manajemen kualitas air, dan pencatatan data terjaga.
Meminta dokumen sertifikasi (sertifikat SPF, SNI Produksi Benih Udang Penaeid) dan melihat rekam jejak survival benur (SR > 80 %) selama pengiriman adalah langkah krusial sebelum pembelian. Dengan demikian, benur udang vaname yang diperoleh memenuhi standar kesehatan dan genetik, meminimalkan risiko penyakit di tambak.
4. Tips Memeriksa Kesehatan dan Aktivitas Benur Saat Pengiriman
Menjelang penebaran, pastikan benur udang vaname dalam keadaan sehat dan aktif. Berikut sejumlah teknik pengecekan:
-
Perhatikan Perubahan Warna Air Karung: Air benur berkualitas unggul cenderung relatif jernih atau sedikit berwarna kecokelatan alami. Air kuning pekat atau berlumpur bisa mengindikasikan kualitas air hatchery buruk.
-
Cek Gerakan Benur (Motilitas): Saat kantong plastik (karung) dikocok perlahan, benur unggul menunjukkan gerakan cepat dan merata. Jika sebagian besar benur tampak lemas atau bergerombol di dasar kantong, waspadai kondisi kurang prima.
-
Survival Rate dalam 24 Jam Pertama: Petambak bisa melakukan karantina di wadah terpisah (misalnya bak fiberglass) selama 6–12 jam dengan aerasi ringan. Jika survival < 90 % dalam 6 jam, waspadai kualitas benur sebelum ditebar.
-
Periksa Tanda Stres dan Cacat Fisik: Benur sehat memiliki kepala utuh, kelopak ekor sempurna, dan tidak ada tanda kekeruhan pada hepatopancreas (area kepala).
-
Monitoring Parameter Air Pengiriman: Suhu air di dalam karung sebaiknya 26–28 °C. Jika suhu turun drastis (< 24 °C) atau naik (> 30 °C), benur bisa stres berat. Pastikan supplier menggunakan es kering atau insulated box untuk menjaga suhu stabil.
Dalam uji lapangan, benur tipe C berhasil mempertahankan SR 81,27 % selama pengiriman hingga 12 jam jika suhu tetap stabil. Pastikan pula petambak berkomunikasi langsung dengan supplier tentang metode pengemasan—misalnya penggunaan oksigen murni, oksigenarium, dan plastic bag dengan ketebalan minimal 0,07 mm untuk mengurangi risiko kebocoran.
5. Rekomendasi Padat Tebar dan Penanganan Awal Benur di Tambak
Setelah benur tiba di lokasi tambak, penanganan yang tepat penting agar benur udang vaname dapat beradaptasi dengan baik. Panduan umum:
-
Padat Tebar Awal: Data lapangan menunjukkan padat tebar optimal benur di kolam intensif berkisar 50–75 ekor/m² pada fase awal (PL 10–PL 15). Di area budidaya berbasis bioflok, padat tebar bisa mencapai 74 ekor/m² asalkan C/N terjaga dan oksigen terlarut > 5 mg/L.
-
Akklimasi Bertahap (Gradual Acclimation): Buka kantong benur di permukaan air tambak, lalu tambahkan air kolam perlahan (setiap 5–10 menit) sebanyak 1–2 liter hingga volume air dalam kantong menjadi dua kali lipat. Setelah 30 menit, benur bisa dilepas secara perlahan.
-
Aerasi dan Pengelolaan Kualitas Air: Segera nyalakan aerator sebelum benur dilepas untuk memastikan oksigen terlarut mencukupi (> 5 mg/L). Ukur pH (ideal 7,5–8,5), suhu (27–29 °C), dan salinitas (25–30 ppt).
-
Pemberian Pakan Awal: Pada 3–5 hari pertama, berikan pakan mikronutrien berkadar protein minimal 35 % dalam bentuk pelet halus, sebanyak 4–5 kali/hari. Pakan alami (cacing sutra, rotifer) dapat ditambahkan untuk meningkatkan adaptasi.
-
Monitoring Berkala: Lakukan sampling mingguan pada 2–3 titik tambak untuk mengecek ukuran benur (PL 20–PL 30) dan SR. Jika SR < 90 %, lakukan analisis ulang kualitas air dan cek kemungkinan infeksi patogen.
Dengan mengikuti rekomendasi tersebut, benur udang vaname dapat beradaptasi lebih baik dan meningkatkan yield hingga 20 % dibandingkan penebaran asal-asalan. Pencapaian berat rata-rata 15–20 gram per ekor dalam 45 hari budidaya lebih mudah dicapai jika fase awal benur dikelola optimal.
Memilih benur udang vaname berkualitas adalah investasi awal yang menentukan keberhasilan budidaya. Mulai dari pengecekan karakteristik fisik (ABW, panjang badan, motilitas), proses seleksi dan sertifikasi (SPF, SNI), hingga pengecekan kesehatan saat pengiriman, setiap langkah wajib dilakukan secara teliti. Data penelitian menunjukkan benur dengan SR > 80 % dan FCR < 1,0 memberikan efisiensi pakan dan pertumbuhan optimal. Setelah diterima di tambak, penanganan awal—meliputi akklimasi bertahap, aerasi memadai, dan pemberian pakan berkualitas—memastikan benur dapat tumbuh dengan baik.
Rekomendasi padat tebar 50–75 ekor/m² (fase awal) membantu mengurangi stres dan menjaga kualitas air. Dengan menerapkan tips dan trik di atas, petambak dapat menekan angka kematian benur, meningkatkan produktivitas, dan mencapai target produksi udang vaname yang terus meningkat di Indonesia. Semoga panduan ini memudahkan langkah Anda untuk mendapatkan benur udang vaname unggul dan meraih panen optimal.