Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) telah menjadi salah satu sektor akuakultur paling menjanjikan di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi udang nasional pada 2023 mencapai lebih dari 900 ribu ton, dan vaname menyumbang sekitar 80% dari angka tersebut. Namun, untuk mencapai hasil optimal dan mencegah kegagalan, diperlukan SOP (Standard Operating Procedure) yang terstruktur dan berbasis ilmu.
SOP bukan sekadar prosedur tertulis, tetapi panduan teknis untuk memastikan kualitas air, kesehatan udang, efisiensi pakan, dan keberlanjutan usaha. Artikel ini membahas sop budidaya udang vaname mulai dari tahap persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan, pengendalian penyakit, hingga panen.
Persiapan Lahan dan Konstruksi Tambak
Tahap awal yang paling krusial adalah persiapan lahan. Tambak harus dirancang sedemikian rupa untuk memastikan sirkulasi air yang optimal dan meminimalisir stres lingkungan pada udang.
Langkah-langkah utama:
- Pengeringan dasar tambak selama 10-14 hari.
- Pengapuran menggunakan kapur dolomit (CaMg(CO3)2) 500-1.000 kg/ha untuk menyeimbangkan pH.
- Pemupukan organik seperti pupuk kandang 300–500 kg/ha untuk merangsang pertumbuhan plankton.
- Sterilisasi tambak dengan kaporit (Ca(ClO)2) 30–50 ppm untuk membunuh organisme patogen.
- Pastikan ada saluran inlet dan outlet yang terpisah untuk menghindari kontaminasi silang.
Tambak yang ideal memiliki kedalaman air 1,2–1,5 meter dan dilengkapi aerator minimal 6 unit/1.000 m2 untuk sirkulasi oksigen maksimal.
Pemilihan dan Penebaran Benur Berkualitas
Benur (benih udang) menentukan masa depan panen. Penebaran harus dilakukan hanya setelah air memenuhi parameter optimal:
- Suhu: 28–30°C
- Salinitas: 15–25 ppt
- pH: 7,5–8,5
Langkah SOP:
- Gunakan benur dari hatchery bersertifikat SPF (Specific Pathogen Free).
- Aklimatisasi benur selama 2–3 jam untuk adaptasi suhu dan salinitas.
- Tebarkan benur secara bertahap (split stocking) agar pertumbuhan lebih seragam.
Tebar 100–150 ekor/m2 dengan survival rate >80%. Hindari overstocking untuk mencegah stres dan serangan penyakit.
Manajemen Pakan dan Kualitas Air
Biaya pakan bisa mencapai 60% dari total pengeluaran tambak. Oleh karena itu, manajemen pakan menjadi elemen vital dalam sop budidaya udang vaname.
Teknik Pemberian Pakan:
- Gunakan pakan komersial dengan kadar protein 32–36%.
- Berikan pakan 4–5 kali sehari (setiap 4 jam) dengan kontrol menggunakan feeding tray.
- Evaluasi FCR (Feed Conversion Ratio) secara berkala. Idealnya FCR <1,6.
Kualitas Air:
- Ammonia < 0,1 ppm
- DO (Dissolved Oxygen) > 4 ppm
- Transparansi air 30–40 cm
Pantau setiap hari dengan alat digital dan lakukan pergantian air 10–20% jika terjadi penurunan kualitas.
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV) atau Early Mortality Syndrome (EMS) dapat menghancurkan panen dalam waktu singkat.
Strategi Pencegahan:
- Gunakan probiotik secara rutin untuk menjaga mikroba baik.
- Isolasi tambak baru minimal 2 minggu dari tambak aktif.
- Vaksinasi udang eksperimental sudah mulai dikembangkan dan diuji di beberapa hatchery.
- Cek udang secara mingguan melalui sampling untuk mendeteksi gejala awal penyakit.
Jika ditemukan tanda-tanda penyakit, karantina tambak dan konsultasikan ke penyuluh perikanan setempat.
Tahap Panen dan Pascapanen
Udang vaname biasanya siap panen setelah 90–110 hari.
Tanda Siap Panen:
- Ukuran udang sudah 20–25 gram/ekor (size 40–50).
- Tingkat kematian menurun drastis.
- Warna air tambak mulai jernih.
Langkah Panen:
- Panen pada malam atau pagi hari agar suhu rendah.
- Gunakan jaring serok atau siphon dengan hati-hati.
- Cuci dan grading udang sesuai ukuran untuk meningkatkan nilai jual.
Simpan udang dalam suhu <4°C selama proses transportasi untuk mempertahankan kesegaran.
Budidaya Udang Vaname Butuh SOP yang Disiplin
SOP budidaya udang vaname bukan hanya teori, tetapi kunci sukses bagi petambak profesional. Dari mulai persiapan lahan, pemilihan benur, manajemen pakan, pengendalian penyakit hingga panen — semua harus dilakukan dengan standar yang tinggi dan konsisten.
Dengan mengikuti panduan ini, tingkat keberhasilan panen bisa ditingkatkan secara signifikan, bahkan hingga 90% survival rate dengan produktivitas 15–20 ton/ha. Disiplin dan konsistensi adalah kunci.