Probiotic Aquaculture

Jenis Fitoplankton untuk Tambak Udang Vaname

Pelajari jenis fitoplankton untuk tambak udang vaname seperti klasifikasi, manfaat gizi, teknik pembibitan, hingga tantangan pengendalian.

Dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei), keberadaan jenis fitoplankton yang tepat di fase awal dapat menentukan keberhasilan produksi. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam ekosistem tambak, menyediakan oksigen terlarut dan nutrisi alami yang mendukung pertumbuhan larva hingga post-larva udang. Selain itu, keberagaman dan kelimpahan fitoplankton dapat mencerminkan kesuburan air, kualitas pakan alami, dan kestabilan ekosistem tambak.

Secara umum, fitoplankton dibagi dalam beberapa kelas utama—Cyanophyta (ganggang biru-hijau), Chlorophyta (ganggang hijau), Bacillariophyta atau Diatom, Dinoflagellata, dan Chrysophyta. Masing-masing memiliki karakteristik morfologi, nutrisi, dan kecepatan reproduksi berbeda yang memengaruhi strategi budidaya. Misalnya, Chlorophyta sering dominan dalam jumlah sel, sedangkan Diatom unggul dalam kandungan asam lemak esensial.

Peran Fitoplankton dalam Ekosistem Tambak Udang Vaname

Fitoplankton, sebagai produsen primer dalam rantai makanan perairan, menyediakan sumber pakan alami bagi udang vaname terutama pada tahap larva dan post-larva. Selanjutnya, fotosintesis yang dilakukan mikroalga ini meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) penting untuk pernapasan udang. Misalnya, klorofil a pada Chlorophyta tidak hanya menyuplai nutrisi, tetapi juga memproduksi DO hingga 6–8 mg/L pada pagi hari, membantu menjaga tingkat kelangsungan hidup larva udang.

Berbagai studi menunjukkan bahwa sebaran dan volume fitoplankton berpengaruh langsung terhadap parameter pertumbuhan udang. Ketika konsentrasi sel fitoplankton berada di kisaran 1×10⁵ – 5×10⁶ sel/ml, pertumbuhan harian udang vaname dapat meningkat hingga 12% dibandingkan tambak tanpa inokulasi mikroalga (FAO, 2022). Selain itu, fitoplankton membantu menstabilkan pH dan meredam fluktuasi suhu mikrozonasi dengan menyerap CO₂ di siang hari dan melepaskannya di malam hari.

Baca juga :  Pengenceran Air Sebagai Faktor Eksternal Pertumbuhan Udang

Lebih jauh, keberadaan jenis fitoplankton seperti Chlorella sp. (Chlorophyta) dan berbagai Diatom (Bacillariophyceae) terbukti meningkatkan daya cerna pakan buatan karena mikroalga ini mengandung asam lemak omega-3 dan beta-karoten. Pada fase nursery, pemberian pakan alami yang kaya fitoplankton dapat mengurangi FCR (Feed Conversion Ratio) hingga 0,5 poin, efisiensi penggunaan pakan naik 8%. Dengan demikian, inokulasi mikroalga tidak hanya menambah pakan tetapi juga mendukung kesehatan usus udang.

Dari sisi ekosistem, fitoplankton memicu keseimbangan mikrobiota air—menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti Vibrio spp. melalui kompetisi nutrisi. Secara ringkas, memilih dan mengelola jenis fitoplankton yang tepat akan mengoptimalkan produksi udang vaname dalam jangka panjang.

Klasifikasi dan Keanekaragaman Fitoplankton di Tambak

Berdasarkan riset lapangan di tambak vaname Sumbawa, ditemukan empat kelas utama fitoplankton: Cyanophyta, Chlorophyta, Bacillariophyta (Diatom), dan Dinoflagellata. Total terdapat 14 spesies mikroalga yang teridentifikasi, dengan komposisi sebagai berikut: 6 spesies Diatom, 2 Chlorophyta, 2 Chrysophyta, dan 4 Cyanophyta.

  • Cyanophyta (ganggang biru-hijau): Memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi nutrisi rendah dan dapat membentuk “bloom” jika N:P tidak seimbang.

  • Chlorophyta (ganggang hijau): Produsen utama, dengan kelimpahan tertinggi mencapai 22.720.000 sel/ml, menyediakan klorofil dan DO bagi tambak.

  • Bacillariophyta (Diatom): Mengandung silika dalam dinding sel dan kaya asam lemak omega-3, penting untuk kesehatan larva udang.

  • Dinoflagellata: Umumnya jumlahnya paling rendah (sekitar 5.140.000 sel/ml) namun bisa menghasilkan senyawa bioaktif yang memengaruhi perilaku makan udang.

Indeks keanekaragaman (Shannon-Wiener) pada tambak yang sehat berada di kisaran 2,5–3,0, mencerminkan struktur komunitas seimbang antara fitoplankton pendukung budidaya dan pemangsa mikroba patogen. Keanekaragaman tinggi menurunkan risiko bloom berbahaya dan menjaga stabilitas ekosistem.

Dengan memahami jenis fitoplankton dan rasio tiap kelas, petambak dapat merancang protokol inokulasi yang meniru kondisi alami—misalnya mencampur Chlorella dengan Skeletonema sp. (Diatom) untuk memaksimalkan nutrisi dan DO, sekaligus menekan potensi bloom Cyanophyta.

Baca juga :  Raup Cuan dari Tambak Udang! Ini 5 Langkah Persiapan Tambak Udang Vaname

Kandungan Nutrisi dan Manfaat Fitoplankton untuk Udang Vaname

Setiap jenis fitoplankton membawa profil nutrisi unik yang memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan udang vaname. Berikut ringkasan komponen gizi utama per 100 g biomassa kering:

Protein tinggi pada Cyanophyta membuatnya ideal untuk fase awal (1–14 HPB), sedangkan kandungan omega-3 Diatom sangat berguna untuk fase post-larva, mendukung perkembangan sistem saraf dan perlemakan tubuh udang. Beta-karoten pada Chlorophyta meningkatkan pigmen tubuh udang, menghasilkan warna karapas merah cerah yang diminati pasar.

Selain menjadi pakan langsung, ekstrak fitoplankton terkadang dicampur dalam formulasi pakan buatan, meningkatkan nilai nutrisi pakan hingga 15%. Studi menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan campuran pelet + fitoplankton memiliki ADG (Average Daily Gain) 10% lebih tinggi dan SR (Survival Rate) mencapai 85–90%, dibanding kontrol hanya 75–80%.

Dengan memanfaatkan profil gizi tiap jenis fitoplankton, petambak dapat menyesuaikan rasio inokulasi sesuai fase budidaya, sehingga menghasilkan produktivitas optimal dan kualitas udang vaname unggulan.

Baca juga : Strategi Penurunan BOT untuk Meningkatkan Pertumbuhan Fitoplankton

Metode Pembibitan dan Penyemaian Fitoplankton

Prosedur pemeliharaan jenis fitoplankton terbaik meliputi:

  1. Pemilihan Media Budidaya: Gunakan media siap pakai (mis. Conway’s Medium) atau campuran pupuk organik dan anorganik (urea + TSP) pada rasio C:N:P = 100:10:1.

  2. Inokulasi Stok Awal: Ambil kultur murni masing-masing mikroalga—seperti Chlorella sp. untuk Chlorophyta, Skeletonema costatuma untuk Diatom—pada volume inokulum 5% dari total media.

  3. Kontrol Parameter Air:

    • pH: 7,0–8,0

    • Suhu: 24–28 °C

    • Pencahayaan: 2.000–3.000 lux, siklus 12:12 jam (siang:malam)

  4. Aerasi & Sirkulasi: Aerasi lembut untuk mendistribusikan sel dan mencegah pengendapan.

  5. Panen & Inokulasi Tambak: Saat densitas mencapai 1×10⁶ sel/ml untuk Chlorophyta dan Diatom, panen dengan cara penyaringan halus, lalu tebarkan ke tambak nursery.

Baca juga :  Ini SOP Budidaya Udang Vaname yang Sering Dirahasikan Petambak Sukses

Riset intensif menunjukkan bahwa frekuensi penyemaian setiap 3 hari sekali mempertahankan densitas optimal sepanjang 30 HPB. Dengan metode ini, jenis fitoplankton dapat terus tersedia sebagai pakan alami, mengurangi beban pakan buatan hingga 40%.

Tantangan dan Pengendalian Bloom Merugikan

Walau banyak manfaatnya, beberapa jenis fitoplankton—terutama Cyanophyta—dapat membentuk bloom beracun jika nutrisi berlebih (N:P > 20). Toksin yang dihasilkan berpotensi menurunkan DO mendadak (hypoxia) dan meracuni udang.

Strategi pengendalian:

  • Monitoring Rutin: Cek densitas tiap kelas mikroalga menggunakan plankton net dan mikroskop. Jika densitas Cyanophyta > 2×10⁶ sel/ml, lakukan partial flushing atau penambahan klorofil‐pakan (Chlorella) untuk kompetisi nutrisi.

  • Pengelolaan Nutrisi: Sesuaikan pemberian pupuk—hindari urea berlebih, gunakan pupuk slow‐release.

  • Penggunaan Bioagent: Beberapa bakteri pengurai (Bacillus spp.) dapat menekan bloom Cyanophyta melalui kompetisi.

  • Inokulasi Campuran: Mencampur fitoplankton sipermintaan alami—mis. 60% Chlorophyta + 40% Diatom—mengurangi peluang dominasi Cyanophyta.

Dengan memahami risiko bloom merugikan dan menerapkan langkah pengendalian, petambak dapat menjaga keseimbangan komunitas jenis fitoplankton, menjaga kualitas air, dan memaksimalkan hasil panen udang vaname.

Pemilihan dan pengelolaan jenis fitoplankton yang tepat sangat krusial dalam budidaya udang vaname. Mulai dari peran ekologis (DO, pakan alami), klasifikasi dan keanekaragaman (4 kelas utama, 14 spesies). Kandungan gizi spesifik tiap kelas, hingga protokol kultur dan pengendalian bloom merugikan, semuanya membentuk fondasi tambak produktif. Dengan menerapkan teknik pembibitan, inokulasi berkala, dan monitoring intensif, petambak dapat meningkatkan SR hingga 90% serta ADG udang hingga 12%, sekaligus menjaga sustainability ekosistem tambak. Semoga panduan komprehensif ini membantu Anda memilih dan mengelola jenis fitoplankton untuk budidaya udang vaname yang optimal!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *