Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak beton sedang naik daun karena kontrol kualitas air dan biosekuriti yang lebih baik dibanding tanah. Ini penting mengingat penyakit seperti AHPND/EMS, WSSV, WFS/EHP, dan IMNV (Myo) masih menjadi momok kerugian di Asia. Secara nasional, Indonesia menargetkan lonjakan produksi dan pada 2023 dilaporkan menembus sekitar 1,097 juta ton udang, sehingga praktik budidaya yang tahan penyakit menjadi krusial.
Baca juga : Cara Budidaya Udang Vaname Organik untuk Hasil Maksimal
1) Kenapa Memilih Tambak Beton untuk Vaname?
-
Biosekuriti lebih kuat: dinding dan dasar beton/liner memutus interaksi tanah-air, menekan reaksi anoksik beracun, memudahkan sifon/central drain, dan meminimalkan vektor penyakit/“carrier” masuk (kepiting, burung).
-
Kontrol lingkungan & pembersihan cepat: persiapan, pembersihan, dan sterilisasi media/fasilitas jadi terstandar; ini kunci pencegahan wabah.
-
Dukungan sistem nursery/dua tahap: membesarkan benur di tangki beton/nursery lebih dulu meningkatkan kontrol kualitas air, kesehatan, dan daya tahan terhadap EMS/AHPND saat tebar ke kolam pembesaran.
Catatan pasar & risiko: AHPND diketahui memangkas produksi di area terdampak hingga ~60%, dengan kerugian global miliaran USD; mortalitas dapat 70–100% dalam 30–45 hari pasca tebar bila tak tertangani.
2) Parameter Air Rekomendasi di Tambak Beton
Menjaga stabilitas lebih penting daripada mengejar angka sesaat. Patokan praktis yang umum dipakai di pembesaran intensif vaname:
-
DO (oksigen terlarut): jaga ≥5 mg/L; fluktuasi DO, nitrit, TOM, dan total Vibrio sangat memengaruhi laju tumbuh. Studi intensif di Banten menunjukkan nitrit punya pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan (≈75% kontribusi variasi).
-
pH: ideal kisaran 7.5–8.5 dan stabil (hindari ayunan >0.3/hari). Rekomendasi regulator lingkungan menempatkan 6.5–8.5 sebagai rentang aman umum bagi perairan.
-
Alkalinitas: target ≥100 mg/L CaCO₃ (sering direkomendasikan 75–150 mg/L); alkalinitas rendah → pH labil, stres molting.
-
Salinitas: vaname fleksibel (bahkan bisa <5 ppt dengan penyesuaian), namun pembesaran umum 10–25 ppt dengan stabilitas sebagai prioritas.
Imbas ke SEO topik ini: stabilitas parameter di tambak beton lebih mudah dicapai karena dasar tidak “mengikat” kimia air seperti tanah.
3) SOP Singkat Persiapan Tambak Beton
-
Desain & konstruksi: sesuaikan bentuk/volume dengan padat tebar target, pasang aerasi memadai, central drain, dan filter.
-
Cuci–kering–klorinasi–netralisasi: bersihkan biofilm/organik, lakukan sterilisasi terukur pada dinding dan pipa; bilas hingga netral.
-
Uji kebocoran & alir: pastikan inlet–outlet aman dari “leak” yang bisa membawa patogen; pasang crab fence & bird line.
-
Siapkan air kultur: capai alkalinitas & pH target, inokulasi probiotik sesuai SOP (bila dipakai), cycling minimal 3–7 hari sebelum tebar. (Probiotik dapat meningkatkan ketahanan & nutrisi.)
-
Benur SPF/bersertifikat: ikuti pedoman KKP & SNI; tebar gradual dan aklimatisasi suhu–salinitas.
4) Fokus Utama: Tanda-Tanda Penyakit Spesifik (Checklist Lapang + Konfirmasi Lab)
a) AHPND/EMS (Vibrio parahaemolyticus bersenyawa toksin PirAB)
-
Waktu serang: sering 20–30 hari pasca tebar; kematian bisa cepat dan masif.
-
Tanda klinis lapang: udang lesu, nafsu makan turun, berkumpul di tepi/permukaan, hepatopankreas (HP) pucat, mengecil/keras, usus kosong/terputus-putus.
-
Skala dampak: mortalitas 70–100% dalam 30–45 hari jika tidak tertangani.
-
Konfirmasi: PCR target gen PirAB + histopatologi HP (lesi nekrosis).
b) WSSV (White Spot Syndrome Virus)
-
Tanda klinis: bintik putih pada karapas, lethargy, nafsu makan hilang, sering kematian cepat. Patogen notifiable secara internasional.
-
Konfirmasi: PCR WSSV; periksa bintik di karapas bukan kalsifikasi normal.
c) WFS/EHP (White Feces Syndrome terkait Enterocytozoon hepatopenaei)
-
Tanda kolam: untaian feses putih mengapung; usus putih/keemasan, nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat & ukuran tidak seragam; sering terkait EHP.
-
Apa itu EHP? Mikrosporidia di HP; menghambat pertumbuhan, menyebabkan kerugian ekonomi. Deteksi melalui qPCR/histologi.
d) IMNV / Myo (Infectious Myonecrosis Virus)
-
Tanda klinis lapang: otot ekor memutih buram (white muscle), udang pucat → kemerahan pada ruas bawah hingga ekor; kram otot; pada parahnya otot nekrosis & memerah. Kasus sudah dilaporkan di Indonesia (Situbondo).
-
Konfirmasi: PCR IMNV; LO (lymphoid organ) bisa hipertrofi; histopatologi menunjukkan nekrosis otot.
Tips lapang cepat (tambak beton): karena dasar bersih dan drain terpusat, pantau tray pakan, kotoran mengapung (WFS), aktivitas tepi kolam (AHPND), dan warna otot ekor (IMNV) tiap hari. Foto & catat jam kejadiannya untuk korelasi dengan perubahan DO/pH/nitrit.
5) Protokol Respons Cepat Saat Gejala Muncul
-
Isolasi unit & tingkatkan aerasi; kurangi pakan 30–50% bila usus kosong.
-
Ukur parameter kunci: DO, pH (pagi–sore), salinitas, NH₃-N/TAN, NO₂⁻, ORP bila ada. Fokus nitrit karena dampaknya besar pada pertumbuhan & stres.
-
Sampling diagnostik: kirim HP/usus/otot ke lab (PCR AHPND/WSSV/EHP/IMNV + histo). Gunakan pedoman FAO/WOAH untuk prosedur pengambilan.
-
Biosekuriti ketat: batasi lalu-lintas orang/peralatan; desinfeksi roda dan pompa; sifon feses & bangkai ke central drain.
-
Manajemen air: lakukan water exchange bertahap bila parameter buruk; tambah buffer alkalinitas saat pH labil.
6) Strategi Pencegahan (Sebelum & Selama Budidaya)
-
Benur SPF & sertifikasi sesuai pedoman KKP; karantina batch baru.
-
Nursery/dua tahap untuk menurunkan risiko EMS awal tebar.
-
Probiotik & manajemen mikroba sebagai pendekatan ramah lingkungan untuk peningkatan ketahanan.
-
Pembersihan rutin dinding beton, pipa, dan peralatan + sterilisasi terjadwal.
-
Kontrol vektor (kepiting, burung) & keamanan inlet–outlet.
-
Monitoring data harian (DO, pH, suhu, salinitas) dan mingguan (alkalinitas, TAN, nitrit, Vibrio) untuk mendeteksi tren dini.
7) Tebar & Pakan: Prinsip di Tambak Beton
-
Padat tebar disesuaikan dengan daya aerasi & desain kolam (multi-aerator + central drain). Acuan umum mengikuti SOP perusahaan/SNI budidaya intensif.
-
Feeding program konservatif di fase rawan EMS (0–45 HST), fokus FCR dan tray check.
-
Sifon harian memanfaatkan permukaan beton agar sisa pakan/feses cepat keluar sistem.
Tambak beton memberi keunggulan kontrol & biosekuriti untuk cara budidaya udang vaname di tambak beton yang lebih tahan penyakit. Kunci suksesnya: disiplin SOP persiapan, stabilitas parameter (DO, pH, alkalinitas, nitrit), monitoring harian, dan respons cepat terhadap tanda spesifik AHPND, WSSV, WFS/EHP, serta IMNV. Dengan pendekatan ini, risiko mortalitas awal bisa ditekan dan produktivitas berkelanjutan lebih realistis dicapai.
Jangan ragu untuk memulai budidaya udang vaname sekarang juga dan rasakan manfaatnya. Kunjungi laman produk, shopee, atau tokopedia kami untuk mendapatkan produk probiotik yang akan membantu kesuksesan bisnis anda.