Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu komoditas unggulan dalam budidaya perikanan di Indonesia. Namun, dibalik potensi ekonominya yang besar, udang vaname juga rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa menyebabkan kerugian besar bagi pembudidaya. Menurut data KKP tahun 2023, sekitar 35% kegagalan panen udang di Indonesia disebabkan oleh serangan penyakit.
Mengetahui jenis penyakit udang vaname dan solusinya sangat krusial, terutama bagi pembudidaya pemula maupun profesional. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang jenis-jenis penyakit yang paling sering menyerang udang vaname, bagaimana mengenalinya sejak dini, serta cara penanganan dan pencegahannya.
White Spot Syndrome Virus (WSSV)
Gejala:
- Bintik putih pada eksoskeleton
- Udang berenang lambat dan berkumpul di tepi kolam
- Kematian massal secara mendadak dalam waktu 2–3 hari
Penyebab:
- Virus WSSV, menyebar cepat melalui air, udang pembawa, atau peralatan terkontaminasi
Solusi:
- Gunakan benur bebas penyakit (SPF)
- Terapkan biosekuriti ketat
- Disinfeksi kolam dan peralatan
- Hindari padat tebar berlebih
Menurut FAO, WSSV adalah penyebab kerugian miliaran dolar secara global setiap tahun, termasuk di Indonesia.
Early Mortality Syndrome (EMS) / Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND)
Gejala:
- Udang mati pada usia <30 hari setelah tebar
- Usus kosong, hepatopankreas pucat atau rusak
Penyebab:
- Bakteri Vibrio parahaemolyticus yang membawa plasmid penyebab toksin
Solusi:
- Gunakan probiotik untuk menekan bakteri patogen
- Jaga kualitas air (salinitas, DO, pH)
- Hindari pemberian pakan berlebih
- Lakukan sanitasi benur dan tambak secara menyeluruh
KKP mencatat EMS menjadi salah satu penyakit utama yang menyebabkan kematian benur sejak tahun 2011.
Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Gejala:
- Otot udang tampak keputihan, terutama di bagian ekor
- Udang tampak lemas dan bergerak lambat
Penyebab:
- Virus IMNV, menular melalui air, pakan, dan udang terinfeksi
Solusi:
- Terapkan karantina benur
- Buang udang yang menunjukkan gejala secara cepat
- Gunakan air bersih dan kolam steril
Penyakit ini dilaporkan menyebabkan kematian hingga 70% di beberapa tambak di Indonesia (FAO, 2021).
Vibriosis
Gejala:
- Udang tampak merah, kulit lecet, dan usus kosong
- Nafsu makan menurun drastis
Penyebab:
- Infeksi bakteri Vibrio harveyi atau Vibrio vulnificus
- Kondisi air buruk dan stres lingkungan
Solusi:
- Gunakan probiotik secara rutin
- Perbaiki manajemen pakan dan aerasi
- Ganti air secara berkala untuk menjaga kualitas
Vibriosis adalah penyakit bakteri yang paling umum dalam budidaya udang, menurut riset IPB tahun 2022.
Bakteri Necrotizing Hepatopancreatitis (NHP)
Gejala:
- Hepatopankreas mengecil dan berwarna gelap
- Udang kurus dan pertumbuhan lambat
Penyebab:
- Bakteri NHP-B yang tumbuh pada suhu >29°C dan salinitas tinggi
Solusi:
- Turunkan suhu kolam jika memungkinkan
- Lakukan sterilisasi air dan pakan
- Terapkan sistem pergantian air yang baik
NHP lebih umum di daerah tropis dan menyebabkan kerugian besar jika tidak terdeteksi dini.
Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati
Penyakit pada udang vaname bisa menjadi mimpi buruk bagi pembudidaya. Namun dengan pengetahuan yang cukup mengenai jenis penyakit udang vaname dan solusinya, kerugian bisa diminimalisir.
Langkah-langkah pencegahan seperti biosekuriti, pemilihan benur SPF, penggunaan probiotik, dan manajemen kualitas air yang baik harus menjadi standar dalam setiap siklus budidaya. Monitoring harian juga sangat penting untuk mendeteksi gejala lebih awal.
Dengan penerapan praktik budidaya yang berkelanjutan dan edukasi yang memadai, produktivitas tambak udang vaname bisa ditingkatkan secara signifikan tanpa harus menghadapi risiko penyakit yang tinggi.
Jangan tunggu sampai tambak Anda terkena wabah—kenali gejalanya, pahami penyebabnya, dan lakukan tindakan preventif sejak dini!